Lahir di Yogyakarta 21 November 1961, Butet Kataredjasa adalah anak ke-5 dari tujuh bersaudara keluarga seniman (pelukis dan koreografer) almarhum Bagong Kussudiardja. Suami Rulyani Isfihana ini memiliki tiga anak, Giras Basuwando (1981), Suci Senanti (1988), dan Galuh Paskamagma (1994). Penggemar makanan tongseng kambing dan soto juga selalu menghabiskan tiga bungkus rokok dalam sehari ini memulai karir seninya pada tahun 1978-1992 menjadi sketser (penggambar vignet) dan penulis freelence untuk liputan masalah-masalah sosial budaya di media-media lokal maupun nasional: Kedaulatan Rakyat, Bernas, Kompas, Mutiara, Sinar Harapan, Hai, Merdeka, Topik, Zaman, dll.

Aktif sebagai pelukis dan pengamat seni rupa, lelaki dengan kecamata minus empat ini sampai sekarang masih menulis esai budaya atau kolom (tentang masalah sosial budaya) di berbagai media massa cetak nasional. Butet Kataredjasa memiliki kegemaran cukup unik, mulai sepatu sandal "gaya tamansiswa" celana bersaku banyak, mengoleksi lukisan, rokok lokal merek non-mainstream, dan mobil kuno. Seniman yang populer sebagai aktor monolog ini merupakan lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa Yogya (1978-1982), Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, jurusan seni lukis (1982-1987, drop out). Pengalaman berteaternya dimulai sejak 1978 antara lain pernah bergabung di Teater Kita Kita (1977), Teater SSRI (1978-1981), Sanggarbambu (1978-1981), Teater Dinasti (1982-1985), Teater Gandrik (1985-sekarang), Komunitas Pak Kanjeng (1993-1994), Teater Paku (1994), Komunitas seni Kua Etnika (1995-sekarang). Sebagai aktor film, Butet pernah tampil di film Petualangan Sherina (1999) dan Banyu Biru (2004).
0 comments:
Post a Comment