Sebagai, pemain teater Happy pernah tampil pada pementasan teater Nyai Ontosoroh di Gedung Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 2007 yang diproduksi oleh The Nyai Ontosoroh Project, dan disutradarai oleh Wawan Sofwan. Ia juga tampil dipementasan wayang Jobang Tetuko di Senayan City, pementasan teater Opera Diponegoro dan pementasan Roro Mendut di Teater Jakarta. Aktingnya di atas panggung teater bahkan membuatnya dipercaya untuk tampil monolog dalam Ronggeng Dukuh Paruk di Swiss, Belanda, dan Jakarta (Taman Ismail Marzuki), dan Monolog Inggit Garnasih di STSI Bandung dan Galeri Indonesia Kaya.

Aktingnya yang matang di panggung teater menjadisalah satu faktor yang membuat peran-peran yang dimainkannya di layar film dan televisi menjadi berkualitas. Ini dibuktikan dengan keberhasilan Happy meraih piala citra katagori pemeran pendukung wanita terbaik di Festival Film Indonesia 2010 lewat film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Penghargaan serupa juga diraihnya di Indonesia Movie Award.
Jiwa seninya tak hanya dibuktikan lewat akting. Happy juga memiliki bakat menulis. Kumpulan cerpennya yang berjudul Pulang mendapat apresiasi di ajang Katulistiwa Literary Award sebagai nominasi penulis muda berbakat. Buku keduanya yang berjudul Telaga Fatamorgana (2008) dan novelnya yang berjudul Hanya Salju dan Pisau Batu hasil kolaborasi dengan penulis novel Pidi Baqi diluncurkan pada 2010 yang berjudul 24 Sauh dan Dari Datuk Ke Sangkar Emas.
Sejumlah film layar lebar yang pernah dibintanginya antara lain Gie (2005), Foto Kotak dan Jendela (2006), Aborsi (2008), Golden Goal (2011), Sang Penari (2011), dan Air Mata Terakhir Bunda (2013).
0 comments:
Post a Comment