Kumpulan Resensi dan Review Buku Terbaru 2014

Tuesday, 28 January 2014

Review Biografi Agus Noor Sang Cerpenis "Kunang-Kunang"

Dikenal sebagai cerpenis, penulis prosa, dan lihai menulis naskah panggung dengan gaya parodi dan terkadang satir. Monolog Matinya Toekang Kritik adalah salah satu karyanya yang menertawakan keadaan Indonesia. Bersama Ayu Utami, ia menulis naskah Sidang Susila untuk merefleksikan dan mengkritisi Rancangan Undang-Undang Pornografi. 

Lahir di Tegal, Jawa Tengah, 26 Juni 1968. Berlatar belakang pendidikan Jurusan Teater Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Meskipun berlatar belakang pendidikan teater, ia aktiv menulis. Ia menyatakan bahwa menulis baginya adalah cara untuk menyelamatkan diri dari kegilaan.

Selain menulis prosa, ia juga menulis cerpen, karya cerpennya dimuat dalam Antologi Ambang (1992), Lukisan Matahari (1994). Sedangkan cerpen-cerpennya yang terhimpun dalam antologi bersama, diantaranya Lampor (Cerpen pilihan Kompas, 1994) Jl. Asmaradana (Cerpen pilihan Kompas, 2005) dan Kunang-Kunang di Langit Jakarta (Cerpen Terbaik pilihan Kompas, 2011)Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia (Majalah Horison dan The Ford Foundation, 2002) Dari Pemburu Ke Tapuetik (Majelis Sastra zAsia Tenggara dan Pusat Bahasa,2005) dll.

Review Biografi Agus Noor Sang Cerpenis "Kunang-Kunang"Buku-buku kumpulan cerpennya yang sudah terbit antara lain, Memorabilia (Yayasan Untuk Indonesia, 1999), Bapak Presiden yang Terhormat (Pustaka Pelajar, 2000), Selingkuh Itu Indah (Galang Press,2001), Rendezvous: Kisah Cinta yang Tak Setia (Galang Press, 2004), Potongan Cerita di Kartu Pos (Kompas, 2006). Sebungkus Nasi dari Tuhan, Sepasang Mata Penari Telanjang, Matinya Toekang Kritik (Lamalera, 2006) dan terakhir Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia (Bentang, 2010).

Beberapa kali meraih penghargaan sastra, diantaranya, tahun 1991, memenangkan juara 1 penulisan cerpen pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) I dan mendapat penghargaan sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) IV tahun 1992. Sementara pada tahun 1999, tiga cerpennya, Keluarga Bahagia, Sebutir Peluru dan Tak Ada Mawar di Jalan Raya mendapat anugrah cerpen Indonesia yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta.

Penghargaan yang lain yang pernah ia raih yaitu karya cerpennya yang berjudul Pemburu oleh majalah sastra Horison, dinyatakan sebagai salah satu karya sastra terbaik yang pernah terbit di majalah itu selama kurun waktu 1990-2000.Dan cerpen Piknik mandapat anugrah Kebudayaan 2006 Departemen Seni dan Budaya untuk katagori cerpen.

Cerpenis yang pernah dimasukkan oleh Korie Layun Rampan sebagai  sastrawan angkatan 2000 ini, kini tengah menyunting buku antologi Cerpen-cerpen terbaik Indonesia,yang merangkum tentang penerbitan cerpen dari Idrus hingga Seno Gumira Ajidarma.

Review Biografi Agus Noor Sang Cerpenis "Kunang-Kunang" Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment