Kumpulan Resensi dan Review Buku Terbaru 2014

Saturday, 8 February 2014

Review Biografi G. Djaduk Ferianto seorang "Pemusik yang Gelisah"

Dilahirkan di Yogyakarta, 19 Juli 1964. Sebagai bungsu keluarga Bagong Kussudiradja, jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI ini memang tumbuh dalam atmosfer kesenian. Sejak umur enam tahun ia terkondisi untuk aktif menari di PLT Bagong K, dan berkelanjutan hingga Padepokan Seni Bagong K, sebagai cantrik dan kemudian (pernah) menjadi pembina di situ. 

Tahun 1972, bapak dua anak yang sering menggarap ilustrasi musik sinetron dan bikin jingle iklan ini, mulai secara serius mempelajari musik tradisional (gamelan) khususnya menabuh kendhang. Lalu ia tumbuh dalam atmosfer budaya Yogyakarta dan melakukan pengembaraan kreatif di berbagai kelompok kesenian. Antara lain, ikut mendirikan kelompok RHEZE yang tahun 1978 pernah dinobatkan sebagai Juara I Musik Humor tingkat Nasional; mendirikan Kelompok Musik Kreatif "WATHATHITHA" dan pernah mementaskan repertoar "Unen-Unen" di Yogyakarta (1980-1983); sejak 1985 bergabung di Teater Gandrik, dan bersama Novi bertugas sebagai penata Musik untuk semua repertoar Gandrik; mulai 1980 s/d 1993 turut serta merancang penataan musik sejumlah tari garapan Bagong Kussudiredja; pentas pantomim bersama Jemek Supardi (1984) dan tahun 1993, selain menggarap musik untuk upacara pembukaan-penutupan Pesparawi di Kalimantan Tengah ia juga menggarap musik teater "Pak Kanjeng". Tahun 1994, Novi Budianto menggarap musik untuk mengiring pembacaan puisi bersama Emha Ainun Nadjib.

Adapun garapan musiknya untuk sinetron dan film antara lain; "Kucing Pak Setaliban", "Dongeng Ndangdut", "Bulan pun Terpejam" karya Dedi Setiadi; film "Arak-Arakan" karya Teguh Karya; "Badut-Badut Kota" karya Ucik Supra; film "Cemeng-2005" karya N. Riantrio, "Soero Buldog" karya Selamet Rahardjo, "Menghitung Hari" karya Enison Sinaro, dan film dokumenter dunia anak-anak karya Garin Nugroho. Bersama kelompok-kelompok kesenian itu ia telah menjelajahi berbagai kota di Indonesia, dan beberapa negara antara lain: Belanda, Korea Selatan, Japan, Hongkong, dan Amerika Serikat.

Kini ia memantapkan diri sebagai "pemusik yang gelisah" Catatan tambahan 1995 dua kali ia mendapat penghargaan; menerima Piala Vidia Festival Sinetron Indonesia sebagai peneta musik terbaik, dan dinobatkan sebagai pemusik kreatif oleh PWI Cabang Yogyakarta. Tahun yang sama menjadi Musik Director untuk acara "Kenduri Nasonal" dalam rangka peringatan 50 thn Indonesia Merdeka, di Monas, Jakarta.

Tahun 1997 selain menggarap musik untuk film "Daun di atas Bantal" karya Garin Nugroho, ia juga tercatat sebagai salah satu nominator "Penata Musik Terbaik" dalam Festival Sinetron Indonesia. 

Review Biografi G. Djaduk Ferianto seorang "Pemusik yang Gelisah" Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment