Oleh: Wiji Thukul*)
pernah bibir pecah
ditinju
tulang rusuk
jadi mainan tumit sepatu
tapi tak bisa mereka
meremuk: kata-kataku!
seperti rampok
mereka geledah aku
darah tetes di baju
tapi tak bisa mereka
rebut senjataku: kata-kataku!
ketika aku diseret
diancam penjara
si Kerdil yang bernama KETAKUTAN
kutendang keluar
dan kuserukan maklumat
"kalian bisa bikin tubuhku lebam
membiru
tapi tak bisa kalian padamkan
marahnya kepalan kata-kataku!"
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tanganjika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis di dinding -Blog Era kini-
jika menulis dilarang
aku akan menulis dengan
pemberontakan
dan tetes darah...
*)Puisi ini merupak pusis yang dimuat oleh Majalah Tempo. Dua puisi ini ditulis pada tahun yang berbeda, 1993 dan 1988. tapi memang pikirannya tetap senafas, itu kekonsistenan seorang Wiji Thukul yang patut kita hormati dan berdo'a untuknya.
0 comments:
Post a Comment