Esai puisi atau puisi esai memang istilah baru di negeri kita. Istilah itu menjadi nyata dengan munculnya buku puisi esai Atas Nama Cinta karya Denny JA. Buku itu berisi kisah yang menggabungkan cara penulisan puisi yang dipadu dengan esai. Sapardi Djoko Damono berkenan memberi pengantar pada buku tersebut. Dengan demikian istilah "puisi esai" bisa diterima menjadi keluarga baru dalam rumah kesusastraan Indonesia.
Buku Atas Nama Cinta karya Denny JA mengungkap isu-isu kemanusiaan yang berkaitan dengan sikap intoleran terhadap perbedaan ras, agama, dan lain-lain. Kemudian muncul lagi buku puisi esai yang ditulis Ahmad Gaus yang berjudul "Kutunggu Kamu Di Cisadane" Dan buku ini pun menyusul dengan puisi esai "Manusia Gerobak" karangan Elza Peldi Taher, yang bertema dan bercerita tentang orang-orang "kalah" meminjam kata Nur Iman Subono dosen FISIP-UI. Yang menarik pada buku ini ialah temanya yang diambil dari berita-berita di media massa, baik di koran maupun di televisi.
Elza Peldi Taher adalah orang yang ingin selalu mengkaitkan rasa sosial daengan rasa keagamaan. Kecintaan kepada Allah harus berwujud kecintaan kepada sesama manusia. Karena akan semakin tepat, jika ketidak pedulian kepada orang miskin itu sebuah kejahatan, coba perhatikan sabda Imam Ali Ibn Abi Thalib, "fama ja'a faqirun illa bitukhmati al ghaniyyin", tidak lapar orang miskin kecuali karena keserakahan orang kaya.
Dalam buku puisi esai ini ada lima buah puisi yang disajikan oleh Elza Peldi Taher, pertama berjudul Manusia Gerobak yang juga menjadi judul buku kumpulan puisi esai yang ia karang. Puisi Manusia Gerobak menceritakan tentang kehidupan masyarakat kota yang rela hidup di jalan dengan bermodal Gerobak untuk segala keperluan hidup, dan itu karena kemiskinan dan kesenjangan.
Kedua, puisi esai yang berjudul "Asih Bakar Diri" ini tentang Asih yang melakukan bakar diri dengan anak-anaknya akibat tekanan ekonomi yang tidak teratasi. Hidup memang tidak untuk makan tetapi kalau rajeki untu mendapatkan makanan tak ada, sedangkan usaha untuk mendapatkan makanan sudah terbentur atmosfer kehidupan yang sudah tidak menolong. Akhirnya, Asih menyiramkan minyak tanah pada dirinya dan anaknya lalu menyalakan api yang kemudian berkobar.
Ketiga, puisi esai yang berjudul "Catatan Harian Ivon" menceritakan seorang gadis yang terjerumus ke dalam kehidupan malam.Ivon mengarungi kehidupannya yang penuh duka yakni dengan menjual diri. Dari hubungannya dengan seorang lelaki ia dikaruniai seorang bayi. Jika ia berangkat kerja malam ia menitipkan bayinya pada tetangga. Lebih celaka ia tiap malam menjadi korban preman yang selalu minta uang, hingga akhirnya Ivon meninggal di tepi jalan.
Keempat, adalah puisi esai yang berjudul "Toga Hakim dan Kotak Amal" yang melukiskan potret wolak-waliknya keadilan di negeri ini. Elza berusaha meramu berbagai putusan perkara yang dialami orang-orang miskin. Mencoba memadukan proses hukum yang janggal. Ada hukum namun tidak adil, dan puisi ini merupakan singgungan yang masih sangat sensitif di dunia kemanusiaan hingga beberapa tahun kedepan di negeri ini.
Kelima, puisi esai yang berjudul "Zaka dan Tatto Gajah" ini berbeda dengan cerita orang-orang miskin sebelumnya. Puisi esai ini berkisah tentang perampok bernama Zaka yang menjalankan hidupnya dari satu perampokan ke perampokan-perampokan lain, dan hasil dari perampokan itu ternyata ia bagikan kepada orang-orang miskin.Tetapi yang menjadi pelajaran dalam cerita ini adalah bagaimana proses perubahan dari kehidupan yang penuh ranjau menuju atmosfer yang terang benderang.
Ketika sastra dituduh megah, berada di puncak Istana maka kemanusiaan masih tetap relevan untuk diungkapkan dengan sastra, mengingat hukum tak mau bicara. Aku Yang Membunuh Munir, juga ketiak yang melakukan pembunuhan tidak mau mengaku kita paksa untuk mengaku, ya itu lewat sastra. Selamat Membaca buku ini....!!!
Judul : Kumpulan Puisi Esai Manusia Gerobak
Penulis : Elza Peldi Taher
Penerbit : Jurnal Sajak Indonesia
Cetakan : Pertama, 2013
Tebal : 155 halaman
Penulisan Daftar Pustaka: Taher, Elza Peldi, Manusia Gerobak, Depok: Jurnal Sajak Indonesia, 2013.
Tuesday, 14 January 2014
Resensi Buku Puisi Esai Manusia Gerobak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment