Catatan Guru Muda, Maisyah Farhati dan lima pengajar muda itu tiba di Pulau Bawean, Laut Jawa, pada pertengahan Juni 2011. Mereka tiga jam naik kapal dari Gresik, lalu satu setengah jam masuk hutan, sebelum menemukan dusun Pinang Gunung, tempat mereka mengajar. Inilah pengalaman yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Di dusun itu, Masyiah harus menyaksikan bangunan sekolah dengan kayu bolong-bolong, beralas tanah berdebu dan hampir roboh. Di situlah proses belajar kelas I-IV.

Satu bangunan sekolah lainnya disulap menjadi tiga ruangan dengan sekat lemari dan papan. Tiga ruang itu adalah ruang kepala sekolah dan ruang guru, ruang kelas V, dan ruang kelas VI.
"Memenuhi setahun mengajar di Bawean, aku akan belajar banyak dari mereka," lulusan studi Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada itu bertekad.
Kisah Maisyah itu merupakan salah satu kisah dari kisah 28 pengajar muda di pelosok Indonesia yang tergabung dalam program Indonesia Mengajar. Mereka memiliki berbagai macam latarbelakang ilmu itu menetap selama setahun penuh. Mereka menghadapi kerumitan tantangan pendidikan dan masyarakat sekaligus.
Dalam pengantarnya Anies Baswedan, pendiri Indonesia Mengajar, menyebut kehadiran para pengajar muda di pelosok Indonesia dengan sepenuh hatin itu menjadi saksi hidup semangat dan kesungguhan anak-anak desa yang miskin prasarana. "Di desa-desa itu mereka menemukan mutiara cemerlang yang terbungkus oleh hutan, gunung, dan lautan,"Ujarnya.
Judul : Catatan Kecil Pengajar Muda
Penulis : Maisyah dkk.
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Pertama, 2013
Tebal : 421 halaman
Penulisan Daftar Pustaka: Maisyah, dkk, Catatan Kecil Pengajar Muda, Jakarta: Gagas Media, 2013.
0 comments:
Post a Comment