"bernafas panjanglah walau gelap, bernafas panjanglah walau pengap, bernafas panjanglah kau, benafas panjanglah aku, bernafas panjanglah kalian, bernafas panjanglah semua" -- Bernafas Panjang
Wiji Thukul adalah seorang seniman perlawanan ingat dengan kata "Hanya Satu Kata LAWAN" itu sudah sangat menggambarkan dirinya yang merupakan pria yang cadel dan sering kali mengkritik para pejabat bahkan teman-temannya, misla ia pernah mengatakan ini "Ngapain kamu orang lain mendrita, kamu mewah sekali. Priyayi sekali kamu" Laki-laki cadel ini seringkali mengeluarkan kata-kata ajaib dari bibirnya. Lugas, sedrhana, membalut ide-ide yang sama sekali tidak sederhana.
Buku kecil Para Jendral Marah-Marah melengkapi antologi puisi Thukul yang sudah terbit dan untuk memberi gambaran sekilas macam apa puisi penyair Solo itu. Buku ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama merupakan puisi Thukul yang dibikin selama pelarian. Manuskripnya berada di tangan Stanley Adi Prasetyo, mantan Wakil Ketua Komisi Nasional HAM. Puisi yang diberika Thukul saat sebelum ia melakukan pelarian berikutnya, dan masih dalam bentuk tulisan tangan dengan pensil di atas kertas putih sebanyak 13 halaman "wolak-walik" pada Agustus 1996.

Bagian terakhir adalah puisi-puisi yang dikumpulkan dari sahabat Thukul Jaap Erkelens, 1990-an. Pusis yang dibacakan Thukul di Teater Arena Taman Budaya Surakarta pada 8 Mei 1995. Manuskripnya ada pada Sekretariat Pusat Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat di bawah Partai Rakyat Demokratik.
Antologi puisi ini memang sangat menggambarkan primordial Thukul sebagai rakyat sipil yang mendermakan hidupnya untuk kesejahteraan rakyat, semoga buku ini dapat kita nikmati semua ini.
Judul : Para Jendral Marah-marah
penulis : Wiji Thukul
Penerbit : Majalah Tempo
Cetakan : Pertama #EdisiKhusus
Tebal : 37 halaman
Penulisan Daftar Pustaka: Thukul, Wiji, Para Jendral Marah-Marah, Jakarta: Majalah Tempo, 2013.
0 comments:
Post a Comment